Nganjuk, BINTASARA.com — Presiden Republik Indonesia ke 8 Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh, yang bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, pada Senin (10/11/2025), salah satunya adalah tonggak utama pemberi Restu berdirinya Nahdlatul Ulama (NU).
Berdasarkan data yang dihimpun wartawan BINTASARA.com berikut ini 10 tokoh yang dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional 2025:
- Kiai Haji Abdurrahman Wahid (Gus Dur) — Jawa Timur
- Jenderal Besar TNI Soeharto — Jawa Tengah
- Marsinah — Jawa Timur
- Mochtar Kusumaatmadja — Jawa Barat
- Hajjah Rahma El Yunusiyyah — Sumatera Barat
- Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo — Jawa Tengah
- Sultan Muhammad Salahuddin — Nusa Tenggara Barat
- Syaikhona Muhammad Kholil — Jawa Timur
- Tuan Rondahaim Saragih — Sumatera Utara
- Zainal Abidin Syah — Maluku Utara
Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116.TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional ditetapkan di Jakarta 6 November 2025.
Menurut M Nasikul Koiri Abadi anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dari 10 tokoh yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, salah satunya adalah tonggak utama pemberi restu berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) yakni Syaikhona Kholil.

“Sehingga NU, sejak didirikannya pada tahun 1926 hingga hari ini adalah organisasi yang teruji, terbukti dan setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ucap Pengurus Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini, pada Senin (10/11/2025).
Pengasuh utama yayasan Mamba’ul Khoirot, yang berlokasi di Kecamatan Tanjunganom, Nganjuk ini turut bersyukur dan mengapresiasi atas anugerah yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia.
“Tentu kami mengapresiasi atas dianugerahkannya ketiga tokoh Nasional yang berasal dari Jawa Timur, dengan bidang masing-masing. Saya pikir ketiga tokoh tersebut amat sangat layak sekali untuk dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional,” kata pria yang akrab dipanggil Nasik, kepada BINTASARA.com.
Menurutnya, peran mereka bertiga sangat besar terhadap bangsa Indonesia, mulai dari pengorbanan hingga kepeduliannya, pada bidang masing-masing.
“Saya pikir apa yang dilakukan oleh ketiga tokoh itu, tidak ada yang bisa menyamainya apalagi melebihi peranan mereka bertiga,” ucap anggota legislatif yang aktif dalam memberikan tanggapan diberbagai bidang ini.
Nasik mengambil contoh yakni sosok Presiden RI ke 4 Kiai Haji Abdurahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur yang dijuluki “Bapak Pluralisme” Indonesia yang bahkan dunia internasional juga mengakuinya.
“Jadi beliau (Gus Dur red) itu memberikan perhatian dan pembelaan terhadap kaum minoritas atau kelompok-kelompok minoritas tak terkecuali kaum marginal,” tuturnya.
Tentu komitmen dan konsistensi atas keperdulian, perhatian dan pembelaan Gus Dur atas kelompok tersebut menjadi bukti nyata komitmennya dalam menegakkan Pancasila sila ke 5 yakni “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
“Begitu juga dengan Marsinah, sebagai tokoh pejuang buruh yang berusia muda dan luar biasa. Mudah-mudahan semangatnya Bu Marsinah ini dapat menginspirasi masyarakat Nganjuk khususnya, umumnya Nasional, juga menginspirasi kaum buruh, dalam memperjuangkan hak-hak buruh,” imbuhnya.
Dengan demikian, Nasik menegaskan ke depannya tidak ada lagi penindasan dan ketidakadilan terhadap kaum buruh di Indonesia.
“Jadi Marsinah ini adalah tokoh pejuang buruh yang luar biasa pada jaman Orde Baru yang dinilai begitu represif atas gerakan sekecil apapun yang dianggap mengganggu stabilitas Nasional,” tandasnya.
Terpisah Bambang Heru Eko Wahyudi Ketua Exco Partai Buruh Kabupaten Nganjuk, ketika dikonfirmasi mengungkapkan bahwa Partai Buruh sangat mendukung penganugerahan gelar Pahlawan Nasional terhadap Marsinah.

“Sebenarnya sejak May Day tahun 2022, Partai Buruh sudah mengusulkan Marsinah untuk dianugerahi menjadi Pahlawan Nasional,” kata pria kelahiran Banyuwangi yang akrab dipanggil Bambang, pada Senin (10/11/2025).
Tentunya, menurut Bambang hal ini adalah sebuah kesuksesan bagi kaum buruh yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional, Khususnya Marsinah.
“Ini merupakan lambang keteguhan hati kaum buruh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan harapan kedepannya tidak ada Marsinah-marsinah lagi di Indonesia,” ujarnya.
Semoga dengan dianugerahkannya gelar pahlawan terhadap Marsinah, dapat menginspirasi kaum buruh dalam memperjuangkan hak-haknya.
“Tentunya dalam memperjuangkan hak-hak buruh, tidak lepas dengan dukungan pemerintah,” pungkasnya.

